Tegangan Mereda: Korsel Hentikan 'Sound Horeg' di Perbatasan Setelah Langkah Serupa Korut
/data/photo/2025/04/10/67f76360b7c45.jpg)
Seoul, Korea Selatan – Dalam sebuah langkah yang menandakan potensi meredanya ketegangan di Semenanjung Korea, Korea Selatan (Korsel) telah menghentikan penggunaan sound horeg (suara bising) di perbatasan mereka dengan Korea Utara (Korut). Keputusan ini diambil setelah Korut sebelumnya melakukan langkah serupa, menghentikan pemutaran suara-suara aneh yang selama ini menjadi sumber perselisihan dan ketegangan antar kedua negara.
Sound horeg, yang secara harfiah berarti 'suara bising' atau 'kebisingan', telah menjadi praktik kontroversial selama bertahun-tahun. Kedua negara secara berkala memutar suara-suara keras, termasuk musik, pidato, dan berita, melalui pengeras suara yang dipasang di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ), yaitu perbatasan yang sangat tegang antara Korsel dan Korut. Praktik ini, yang seringkali bertujuan untuk propaganda dan untuk mengganggu aktivitas di wilayah perbatasan, telah berkali-kali memicu reaksi balasan dan meningkatkan risiko eskalasi konflik.
Latar Belakang Ketegangan dan Pemutaran Suara
Ketegangan antara Korsel dan Korut telah menjadi fitur konstan dalam hubungan kedua negara sejak Perang Korea berakhir pada tahun 1953. Meskipun tidak ada perjanjian damai formal, kedua negara secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Zona Demiliterisasi (DMZ), yang membentang sepanjang 250 kilometer, menjadi arena utama untuk demonstrasi kekuatan dan propaganda.
Pemutaran suara bising ini seringkali dipicu oleh insiden-insiden kecil, seperti pelanggaran perbatasan atau pernyataan provokatif dari kedua belah pihak. Suara-suara yang diputar bervariasi, mulai dari lagu-lagu patriotik hingga kritik tajam terhadap sistem politik masing-masing negara. Praktik ini tidak hanya mengganggu kehidupan warga sipil yang tinggal di dekat perbatasan, tetapi juga meningkatkan risiko terjadinya konfrontasi militer.
Langkah Mereda Ketegangan
Keputusan Korut untuk menghentikan pemutaran suara aneh menjadi sinyal positif bagi Korsel. Pemerintah Korsel kemudian merespons dengan menghentikan penggunaan sound horeg mereka sendiri. Langkah ini dipandang sebagai upaya bersama untuk meredakan ketegangan dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil di Semenanjung Korea.
“Kami menyambut baik keputusan Korut untuk menghentikan pemutaran suara aneh, dan kami telah mengambil langkah serupa untuk merespons,” kata seorang pejabat dari Kementerian Pertahanan Korsel. “Kami berharap langkah ini dapat berkontribusi pada pengurangan ketegangan dan peningkatan komunikasi antara kedua negara.”
Analisis dan Prospek Masa Depan
Meskipun langkah ini disambut baik, para analis memperingatkan bahwa ketegangan antara Korsel dan Korut masih tinggi. Program nuklir dan rudal Korut tetap menjadi perhatian utama, dan kedua negara terus terlibat dalam manuver militer yang provokatif. Namun, penghentian pemutaran suara bising ini menunjukkan adanya keinginan untuk menghindari konfrontasi langsung dan mencari solusi damai untuk masalah-masalah yang ada.
Langkah ini juga dapat membuka peluang untuk dialog dan negosiasi antara Korsel dan Korut. Jika kedua negara dapat membangun kepercayaan melalui langkah-langkah kecil seperti ini, hal itu dapat membuka jalan bagi perundingan yang lebih substantif tentang isu-isu penting seperti denuklirisasi dan perdamaian abadi di Semenanjung Korea.
Kesimpulan
Penghentian sound horeg di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara adalah perkembangan positif yang berpotensi meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Meskipun tantangan masih besar, langkah ini menunjukkan adanya harapan untuk masa depan yang lebih damai dan stabil di wilayah yang secara historis dilanda konflik ini.